Penenun

Sebagai salah satu kerajinan yang khas dari Nusa Penida, khususnya dari Desa Tanglad, kain Tenun Cepuk harus dijaga eksistensinya karena selain menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat Desa Tanglad, keberadaan Tenun Cepuk juga merupakan identitas sosial yang membuat Desa Tanglad terkenal tidak hanya di Bali dan Indonesia, namun juga hingga ke mancanegara. Dengan demikian perekonomian masyarakat Desa Tanglad akan terbantu tidak hanya melalui kerajinan kain Tenun Cepuk, diharapkan juga keindahan alam Tanglad akan menarik wisatawan untuk berkunjung. 


Alat Tenun Semi Tradisional
Salah satu upaya melestarikan Tenun Cepuk adalah dengan membentuk kelompok pengerajin. Saat ini terdapat satu kelompok pengerajin Tenun Cepuk yakni ‘Kelompok  Bukit Lestari’ yang  diketuai oleh Ibu Ni Ketut Suartini. Ibu Ni Ketut Suartini merupakan salah satu penenun Cepuk yang  setia melestraikan kerajinan ini dari dahulu hingga kini. Beliau memimpin anggota Kelompok Bukit Lestari sebanyak 25 orang, yang diberdayakan guna meningkatkan produktifitas kain Tenun Cepuk. Selain anggota penenun yang tergabung dalam Kelompok Bukit Lestari, terdapat pula penenun tua diluar kelompok yang menenun secara mandiri. Namun dalam proses pemasarannya dibantu oleh Kelompok Bukit Lestari.


Alat Tenun Tradisional
Ibu Ni Ketut Suartini lahir di Desa Taro, Gianyar, 4 September 1968. Beliau memiliki dua orang anak yakni I Putu Gede Arthana dan I Kadek Oka Sopiana. Suami beliau I Wayan Sukagama bekerja sebagai guru. Beliau mengisi kegiatan sehari-hari dengan menenun dan sekaligus berusaha mencari generasi penerus untuk menenun kain Cepuk. Selama ini beliau telah berupaya mengajak anak-anak muda di Desa Tanglad untuk belajar rmenenun, pernah ada beberapa orang anak belajar namun tidak rutin dan hingga kini sudah sangat jarang ada anak muda yang mau belajar menenun. Hal ini sangat disayangkan karena sesungguhnya Cepuk merupakan kekayaan budaya yang patut dilestarikan.





Alat Gulung Benang

Benang Siap Diolah

No comments:

Post a Comment