Sejarah


Kerajinan kain Tenun Bali sudah terkenal hingga ke mancanegara, masing-masing kabupaten memiliki motif kain yang unik dan khas seperti yang terdapat di Desa Tanglad, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Kain tenun khas Desa Tanglad ini bernama “Kain Tenun Cepuk”. Kain Tenun Cepuk merupakan kerajinan khas Desa Tanglad, yang berasal dari nenek moyang dan diwariskan secara turun-temurun. Hingga saat ini, kerajinan kain Tenun Cepuk masih dapat kita jumpai di Desa Tanglad, Nusa Penida.

Asal usul nama kain Tenun Cepuk itu sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta, yakni ‘Cepuk’ yang berarti Kayu Canging. Kayu Canging merupakan jenis tumbuhan yang cocok digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kain tenun. Berdasarkan sejarah tersebut nama kain Tenun Cepuk menjadi brand dari kain tenun khas Desa Tanglad. Keberadaan kain Tenun Cepuk tidak hanya dipakai saat melaksanakan persembahyangan saja, namun kain ini juga dipakai dalam upacara agama tertentu.


Kain Tenun Cepuk terdiri dari beberapa jenis, dan masing-masing jenis tersebut memiliki kegunaan yang berbeda dalam upacara agama, sebagai berikut:
1.      Cepuk Ngawis, kain tenun yang dipakai saat upacara pitra yadnya (ngaben).
2.      Cepuk Tangi Gede, kain tenun yang dipakai oleh anak tengah yang seluruh kakak dan adiknya meninggal (upacara ngaben).
3.      Cepuk Liking Paku, dipakai oleh laki-laki dalam upacara potong gigi.
4.      Cepuk Kecubung, dipakai oleh perempuan dalam upacara potong gigi.
5.      Cepuk Sudamala, kain Cepuk yang dipakai untuk membersihkan diri.
6.      Cepuk Kurung, merupakan kain Cepuk yang dapat digunakan dalam hari-hari biasa


Pada awalnya keenam jenis Tenun Cepuk tersebut digunakan bukanlah sebagai pakaian luar, melainkan digunakan sebagai ‘tapih’ yakni kain yang digunakan sebagai lapisan terdalam sebelum menggunakan pakaian luar. Sangat menarik mengingat kini Tenun Cepuk sangat digemari dengan harga yang tidak murah.






 

1 comment: